Jakarta, I’m Coming Home


It’s not about how far you can go. It’s about how hard you fight to get further. -Abu Dhabi, 22 Mei 2014.

20131121_Etihadplane_relax

Pesawat Etihad Airways baru saja mendarat di salah satu bandara tersibuk di Republik ini. Segera kulangkahkan kakiku menyeruak diantara kerumunan manusia sesak yang punya kesibukan dan tujuan mereka masing-masing. Mulai dari sopir taksi yang teriak-teriak nawarin jasanya – tukang jualan kripik yagng lagi keliling menjajakan dagangannya – rombongan ibu-ibu bekerudung dan bapak-bapak yang pake baju serba putih – sampai mbak-mbak cantik berpakaian seksi berkaca mata hitam yang kelihatannya mau liburan ke Bali.

Jakarta. Aku pulang.

Masih dengan semangatku yang tak pernah padam, aku melangkah keluar bandara mencari sopir dari Hotel yang akan menjemput. Tapi kali ini aku merasakan sensasi yang berbeda. Gak seperti waktu Juli 2010 lalu yang excited habis pulang dari Eropa sendirian atau juga gak seriang Agustus 2011 lalu yang penasaran sama Indonesia setelah ninggalin ke Amerika selama setahun.

Kali ini, ada rasa “beda” yang aku rasakan di lubuk hati yang terdalam. Seperti ada “kehampaan” tapi sekaligus “harapan” dan “kebahagiaan” yang campur aduk karena detik ini aku berada di sini, di tempat yang sebenarnya gak pernah aku bayangin bakal ketemu lagi secepat ini.

Ya. Jakarta. Aku pulang.

Kali ini aku membawakanmu lebih banyak cerita. Lebih banyak emosi. Lebih banyak memori.

Bahkan, aku sudah bersumpah tak akan pulang dulu kesini.

Tapi aku tahu, aku sadar. We are only human who can make and create plans whatever we want, but God is the only one who knows the best in us and guide us a better way. Always.

Kali ini tidak seperti waktu itu. Reverse Culture Shock yang aku alami tentunya gak sehebat waktu itu. Karena memang Amerika dan Indonesia bisa dibilang sangat berbeda.

Bahrain dan Indonesia memang berbeda. Aku bisa merasakannya. Tapi gelut emosi yang berbeda inilah mungkin yang membuat semua ini tak se-“wow” atau seheboh dulu.

Bersyukur karena bisa kembali lagi ke tanah air, langsung kuserbu tukang sate ayam depan Sarinah. Aku lahap nasi dan sate ayam dengan kalapnya kayak orang yang sepuluh tahun gak pernah makan.Saking semangat dan belepotannya diriku, orang yang makan disampingku plus abang penjual satenya sampe melongo. Aku cuma bisa nyengir sambil minum air putih.

16 Mei 2014

Sengaja aku pilih check-in di Ibis Hotel Arcadia karena aku gak pengen ribet malam pertama di Jakarta ngerepotin di kost temen. Karena selain bawa koper segede gentong, aku harus ngehadiri wawancara visa di Kedutaan Amerika di Jalan Merdeka Barat.

Pagi ini, semua berkas Visa B-2 udah siap. Ini adalah perjuanganku terakhir (setidaknya untuk saat ini) untuk bisa kembali ke Negeri Paman Sam itu. Sakit hatiku yang masih terbawa-bawa karena visa B-2 ku ditolak mentah-mentah di Bahrain masih sedikit menghantui, meskipun masih ada secercah harapan yang muncul.

Dengan santai (tapi tetep aja deg-degan) aku di-interview dan ditanyai tujuanku apa ke Amerika. Aku jelaskan semuanya, kalo aku bakal ngehadiri wawancara buat studi di American Musical and Dramatic Arts di Los Angeles dan bla la bla. Dan….. dia ngelihat berkas online-ku, petugas konsulter itu sempet Tanya: “Kemaren anda sempat mengajukan visa ini di Bahrain dan ditolak?” “Ya” jawabku. Dan tanpa ba bi bu be bo, bahkan dia gak lihat berkas-berkas lainnya (buku rekening, reference letter dan invitation letter dari AMDA) dia langsung bilang “Sorry, we can’t issue your visa. You can find the detail explanation here.” Sambil ngasih lembar kertas warna pink.

“Oh My Godness.” Aku pasrah. Dan dengan langkah gontai-segontai langkahku waktu itu di US Embassy Manama, Bahrain. Aku kembali ke Hotel dan packing barang, check-out dan meluncur menuju kost salah satu sahabat terbaikku di Jakarta: Jonathan.

Waktu turun dari Taksi, aku langsung ngeliat sosok Jo dari belakang. Aku teriak dan kami berpelukan.

“Joooo… gue pulang!”

Setahun lebih kami berpisah. Dan ada beribu cerita yang harus kuceritakan padanya. Oya, Turkish Delight yang merupakan satu-satunya oleh-oleh makanan yang aku beli di Abu Dhabi yang ternyata rasanya aneh banget menemani nostalgia dan cerita-cerita kami.

Aku masih percaya, Tuhan masih merencanakan kisah lain yang akan kutulis di blog ini…

Posted on May 23, 2014, in My Life. Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Putu Wijaya

Bertolak Dari Yang Ada

Website Dewan Perwakilan Anak Kota Malang

"Because We Care of the Child"

What an Amazing World!

Seeing, feeling and exploring places and cultures of the world

The ISA Journal

Anecdotes and tales from ISA students and the latest news in study abroad

Hadiansyah Aktsar Official Site

More than just a blog : a pen, diary and imagination ~