Dari Jakarta, Bali terus ke Jerman, eh Bahrain!


manama_bahrain_cbd

Terkadang, hidup itu penuh dengan kejutan-kejutan yang tak terbayangkan dalam benak kita sebelumnya. Hal-hal absurd dan fantasi-fantasi semu yang kadang terngiang di otak kita tapi tiba-tiba saja bisa jadi kenyataan. Hidup memang-lah paradoks antara mimpi, harapan dan kenyataan yang saling bersinggungan.

Baru seminggu lalu aku selesei baca novelnya Valiant Budi: “Kedai 1001 Mimpi” yang menceritakan tentang kisah-kisah langka dan uniknya selama kerja di Arab Saudi dan menemukan hal-hal menakjubkan luar biasa yang ia sendiri sampai sekarang mungkin masih “shock” dengan semua itu. Hahaha.. 😀

bahrain_king_bridge_HH_800px_02460856Baru aja seminggu yang lalu aku ngebayangin bentuk “jembatan kebebasan” yang diceritakan di novelnya itu: Jembatan King Fahd Causeway, penghubung antara Saudi Arabia dan Bahrain yang konon katanya dinamakan kayak gitu sebagai simbol “kebebasan” orang-orang Arab Saudi yang merasa terkekang sama peraturan Negeri-nya yang konservatif itu. Jadi segala sesuatu yang diharamkan di Saudi Arabia bisa jadi halal kalo udah lewat jembatan itu, karena Bahrain adalah Negara yang lebih “bebas.”

Aneh bin ajaib, sore tadi aku akhirnya melihat dengan kepalaku sendiri bahkan melewati jembatan yang dua minggu lalu itu cuma aku lihat gambarnya di “Kedai 1001 Mimpi.” Yup. Entah kebetulan, takdir atau apalah, akhirnya aku bernasib sebelas duabelas ama Valiant Budi untuk bekerja di tanah 1001 Mimpi ini. Cuman, kalo aku bakal berhadapan dengan Bahrain yang sedikit lebih bebas dibandingkan Kerajaan Arab Saudi.

Nah lho, gimana ceritanya gue bisa nyasar di Negeri Abu Nawas ini yak? Jadi begini ceritanya saudara-saudara:

Desember 2012 saya memutuskan drop out dari Binus University karena memang waktu itu udah sempet ambil kursus Bahasa Jerman super intensif di Goethe Institut Jakarta (dengan rencana mau kuliah di Jerman). Tapi setelah dipikir-pikir karena persyaratan kuliah yang ribet (masih harus kursus minimal setahun dan bla bla bla) dan ternyata emang dari niat gak ada kemauan kuat buat kuliah di Jerman, akhirnya gue iseng-iseng cari bursa lamaran kerja keluar Negeri dan melampirkan sertifikat Bahasa Jerman yang masih A-2 itu siapa tahu bisa dapet kerjaan atau at least Au Pair di Jerman. Jujur gue jenuh banget waktu itu karena Reverse Culture Shock gue dari Amerika belum pulih bener-bener jadi pengennya kebelet keluar Negeri aja pokoknya. Nah, salah satu Agency pekerja itu udah ngejanjiin kalo bakal ada kerjaan di Jerman asal bayar sekian belas juta rupiah. Oke. Asalkan biayanya jelas dan logis aku udah nyanggupin. Eh, tiba-tiba mereka bilang: “Maaf mas, ternyata tidak ada lagi peluang buat kerja di Eropa. Adanya di Bahrain. Mau?” JLEB. Denger nama Negara itu aja kayaknya baru sekali, terus gue harus bilang apa?

“I believe anything does happen for a reason.”

Never ever regret anything that happened in your life, because at one time, you deserved it.” 

Mama sempet shock waktu denger pengakuanku bahwa aku sedang mendaftarkan diri menjadi seorang TKI. Tapi setelah berhasil bujuk membujuk ala Hadi akhirnya mama pasrah. Sejam setelah wawancara sama user dari Bahrain, rasanya gue mau nangis. Bukannya takut gak diterima, tapi gue takut kalo gue udah ambil keputusan yang salah dalam hidup gue. Gue yakin, Tuhan tahu segalanya. Gue pasrah. Disaat yang sama gue udah coba daftar kuliah di American Musical and Dramatic Arts (AMDA) Los Angeles ambil Teater. Gue tahu rasanya gak mungkin banget gue sanggup balik ke Amrik dan kuliah disana kalo bukan beasiswa atau dapet rejeki nomplok dibiayai host family gue yang di Indiana.

Nah, sambil nunggu nasib berkata apa, kebetulan ada temen yang kasih info kalo ada lowongan kerja jadi Barista Starbucks di Bali akhirnya langsung aku sambet. Karena menjadi barista sudah terlanjur tercantum di Lembar Target Hidup seorang Hadiansyah Aktsar.

Januari 2013, saya resmi pindah ke Bali menjadi seorang barista. Menikmati indahnya pulau Dewata sambil meracik kopi dan mengepel lantai. Masih inget banget momen-momen indah waktu gue harus bikin Double Vanilla Cappuccino sambil nikmatin sunset dan deburan ombak Pantai Kuta yang saling mengejar diantara para peselancar yang menungganginya. Karena kebetulan tempat kerja gue pas dapet di Starbucks Kutabex yang langsung ngehadap Pantai Kuta! Wow! B-)

DSC_0179Di Bali, gue sempet aktif di Couchsurfing (komunitas backpacker dunia) dan kost gue di Bali sempat jadi tebengan bule-bule dari Jerman dan Rusia sampe gue diomelin abis-abisan ama Ibu Kost. Tapi gue bersyukur bisa kenal Igor dari Rusia dengan prinsip dan gaya hidupnya yang jauh beda ama gue, yang gak pernah kepikiran di benak gue. Atau si Alina dan Anna dari Jerman yang enerjik dan semangat buat ngejelajahin dunia meskipun mereka cewek. Atau si Alex yang ganteng plus jenius dan gak pelit. Yang ngingetin gue bahwa masa muda emang masa-masa paling indah. Gue bersyukur bisa kenal mereka semua. Rasanya akhirnya gue bener-bener “hidup”. I could really celebrate my life and see the world differently. Bahkan pengalaman exchange setahun di Amerika serasa semakin lengkap setelah jadi host bule-bule ini walau cuma dalam hitungan beberapa hari atau minggu.

Balik ke laptop, Nah, ternyata Valiant Budi gak bohong. Agency TKI itu kadang emang ngawur seenak udel mereka sendiri. Suatu hari, aku ditelfon: “Halo… Dengan mas Hadiansyah? Mas, selamat ya visanya buat kerja di Bahrain udah siap. Tiga hari pesawatnya berangkat dari Jakarta.” WHATTTT??? Mereka ini kasih informasi berangkat keluar Negeri kayak mau ngajak ke mall aja. Walhasil, detik selanjutnya gue langsung telfon Store Manajer gue dan bilang “Maaf mbok, saya mulai besok resign. Soalnya saya ada panggilan kerja di luar Negeri!”

*****

Manama, 17 Mei 2013

Kenapa sih tiap gue berangkat keluar negeri selalu dapet pesawat yang service-nya itu lho, Masya Allah! :/ Dulu berangkat ke Amerika pake Lufthansa yang inflight entertainmentnya cuma musik. Kali ini, kami batch pertama TKI dari Indonesia ke Bahrain dapet perbangan Mihin Lanka (low cost Airline Sri Lanka) dan transit di Colombo. Boro-boro musik, dapet layanan senyum pramugari aja kagak! Yaelah. Ga usah senyum deh, maap yak bukannya memojokkan atau menghina, tapi itu lho, gulung pakaian mereka itu lho.. Para pramugari pake pakaian tradisional macam India yang perut dan pusarnya keliatan. Mending kalo badannya bagus. Udah badannya gak bagus, (bisa dibayangkan sendiri kan?!) mereka gak mau senyum lagi. Makanannya apalagi. Fiuh.. Nasib!

Jakarta-Colombo-Manama ditempuh sekitar 7 jam belum termasuk waktu tunggu pas transit. Cukup terkejut karena ternyata bandara di Bahrain bagus juga. Walu bandaranya kecil, tapi karpetnya setara bandara Changi Singapore.

And here we go.. Akhirnya tibalah kami di Negeri Pulau kecil di ujung teluk Persia. Bahrain terletak di timur Arab Saudi dan sebelah barat lautnya Qatar dan Uni Emirat Arab. Gosipnya, walaupun Negara islam, disini gak se-konservatif dan seketat Arab Saudi. Gak ada yang namanya Polisi Syariah, at least. Alhamdulilah! Penduduknya sendiri lebih didominasi para pendatang dari Negara lain. Yap. 60% penduduk yang tinggal di Bahrain adalah Imigran. Orang India, Bangladesh, Pakistan, Filipina, Nepal, Sri Lanka dan sebagian kecil: Orang Indonesia. Sedangkan expatriat kelas menengah kebanyakan dari Inggris, Italia, Korea Selatan dan Amerika Latin.

Jangan heran, jika anda jalan-jalan ke tengah kota apalagi di Terminal Bus Manama terutama hari Jum’at, maka anda akan merasa seperti di India! Orang-orang berjubah dan berkumis hitam lebat dan berbau badan yang tercium seperti bawang bombay. (Maap bukan bermaksud rasis lagi :p ) Tapi itulah kenyataan. Tak heran, disini Bahasa Inggris justru menjadi bahasa utama. Gak kayak Arab Saudi yang lebih bangga ama Bahasa Arab mereka.

durrat-al-bahrain14

Bahrain juga terkenal dengan paham islamnya yang berbeda dengan kebanyakan Islam di dunia ini. Mereka penganut paham Syi’ah. Dan disini, itulah yang menjadi bumerang. Karena mayoritas penduduk asli adalah Syi’ah tapi Raja yang berkuasa adalah Islam Sunni, maka banyak terjadi demonstrasi dan tindakan anarkis dimana-mana. Demo masa, bakar ban, boikot jalan bahkan bom molotov kecil-kecilan yang diprovokasi sama penduduk lokal sering kali terjadi.

Tapi dibalik semua itu, ternyata Bahrain menyimpan berbagai keindahan dan keunikan. Disini terkenal ama Mutiara dan pantainya yang cukup elok. Mau tau pengalaman dan kisah saya di teluk Persia selanjutnya?

Dan apakah benar orang-orang Arab sangat “unik dan menakjubkan” seperti yang diceritakan Valiant Budi di novelnya “Kedai 1001 Mimpi” ?? Biarlah blog ini menjawabnya!

Posted on May 19, 2013, in My Life and tagged , , , , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Putu Wijaya

Bertolak Dari Yang Ada

Website Dewan Perwakilan Anak Kota Malang

"Because We Care of the Child"

What an Amazing World!

Seeing, feeling and exploring places and cultures of the world

The ISA Journal

Anecdotes and tales from ISA students and the latest news in study abroad

Hadiansyah Aktsar Official Site

More than just a blog : a pen, diary and imagination ~