Category Archives: Tourism

10 Negara Terkaya di Dunia

Jakarta – Majalah Forbes melansir 10 negara terkaya di dunia. Forbes memeringkat negara tersebut berdasarkan perhitungan PDB perkapita dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).

Untuk membuat peringkat negara-negara terkaya di dunia, Forbes melihat pada PDB per kapita yang disesuaikan dengan daya beli bagi 182 negara.

“Hal ini, pada dasarnya, satu-satunya cara kita harus membandingkan PDB antar negara,” ucap Gian Luca Clementi, Profesor Ekonomi di Universitas New York kepada Forbes seperti dikutip Jumat (2/3/2012).

Berikut Peringkat 10 negara terkaya di dunia :
1. Qatar

Jika kekayaan adalah kekuatan, maka orang-orang Qatar mempunyai beberapa otot yang harus serius dilenturkan. Berlokasi di Teluk Persia Emirat dengan 1,7 juta warga ini, Qatar tercatat sebagai negara terkaya di dunia.

Qatar harus berterima kasih kepada harga minyak yang melambung tinggi dan besarnya cadangan gas alam yang mereka miliki. Dengan menyesuaikan daya beli, Qatar mencatat produk domestik bruto per kapita diperkirakan lebih dari US$ 88.000 untuk tahun 2010.

Qatar mempunyai cadangan gas alam terbesar ke-3 di dunia, dan sebagian besar sudah diinvestasikan dalam infrastruktur untuk mencairkan dan mengekspornya.

2. Luxemburg

Urutan ke-2 adalah Luxembourg sang “ikan kecil perkasa”. Dengan daya beli PDB per kapita diatas US$ 81.000. Negara dengan warga yang hanya mencapai setengah juta ini menjadi pusat keuangan di paruh kedua abad ke-20. Sebagian berkat kerahasiaan hukum perbankan yang sangat ketat dengan reputasi atas “surga nya pajak”.
3. Singapura

Diikuti oleh Singapura di nomor 3 yang negaranya digerakkan oleh sektor teknologi, manufaktur dan finansial. Pendapatan per kapita masyarakatnya sebesar hampi US$ 56.700.

4. Norwegia

Di Norwegia, yang menempati peringkat ke-4, jumlah pendapatan dari minyak bumi yang sebagian besarnya adalah hasil ekspor dan merupakan kontribusi utama bagi negara ini. Disesuaikan PDB per kapita, Norwegia mencatat PDB per kapita yang hampir mencapai US$ 52,000. Negara tersebut juga merupakan salah satu negara ekspotir gas terbesar.

5. Brunei

Sementara itu, Brunei yang terletak di Pulau kalimantan, menuai manfaat dari minyak bumi dan ladang gas alam yang sangat luas dan masuk di peringkat ke-5. PDB per kapita-nya lebih dari US$48,000.

6. Uni Emirat Arab

Salah satu negara penghasil minyak terbesar ini menempati posisi ke-6 sebagai negara terkaya di dunia. Forbes memilih Uni Emirat Arab karena memiliki PDB per kapita yang mencapai US$ 47.439

7. Amerika Serikat

Salah satu negara terbesar di dunia ini menempati posisi ke-7 jajaran negara terkaya. Negara yang dipimpin Presiden Barrack Obama ini memiliki PDB per kapita yang mencapai US$ 46.860

8. Hong Kong

Negara yang memiliki 3 pulau ini terkenal dengan bandar udara yang cukup modern. Forbes menempatkan Hong Kong di posisi ke-8 dengan PDB per kapita yang mencapai US$ 45.944

9. Swiss

Swiss merupakan negara Eropa tengah yang berbatasan dengan Jerman, Perancis, Italia dan Austria. Forbes menempatkan Swiss di posisi ke-9 dengan memiliki PDB per kapita yang mencapai US$ 41.950

10. Belanda

Negara kincir angin ini memiliki PDB per kapita yang mencapai US$ 40.973. Belanda menempati posisi paling buncit 10 negara terkaya di dunia.

Antara Bali dan Hindu : Dibalik Pesona Eksotisnya

. Bali .

“I’m coming again … !!”

Kayaknya udah lamaa banget sejak terakhir kali gua nginjakin kaki di Pulau Dewata, my paradise island -> B A L I. Padahal di blog ini masih tertulis jelas kenangan terakhir di Bali hampir dua tahun yang lalu. Baca : https://hadiansyahaktsar.wordpress.com/2010/01/22/kado-terindah-dari-tuhan/

Kalo dulu gw wonder (apa ya Bahasa Indonesia-nya ‘wonder’ ??) :p kapan lagi bisa nengokin Bali, entah satu tahun, dua atau sepuluh tahun lagi. Ternyata takdir membawa saya kesini lagi dalam waktu yang gak lama dari kejadian Januari 2010 yang Rock n Roll plus super nekat yang merupakan salah satu pengalaman paling eksotis dalam hidup gw. Hahaha :-O

So, kali ini kedatangan gw ke Bali dalam rangka “Study Tour Siswa/i IPS SMAN 4 Malang 2010/2011”.

Berangkat dari Malang tanggal 17 Des 2011 sekitar jam 07:30 am (gw adalah siswa yang dateng paling telat, jadwal kumpul di sekolah harusnya jam 06:00 tapi gue jam 6 baru bangun) :p hehe dan akhirnya setelah menempuh perjalanan kira2 12 jam, kami nyampe di Denpasar. Sekelumit kenangan perjalanan di Bus berhasil dirangkai oleh anak-anak Exodusa (nama kelas XII IPS 2). Mulai dari Nia yang kebelet boker pas perjalanan dan untungnya Pak Sopir berbaik hati berhenti di Pom Bensin terdekat untuk mempersilahkan Nia menunaikan tugas setornya, terus Ucup yang mabuk perjalanan dan parahnya dia malah tidur “ndodok” alias jongkok di depan toilet bus (which is kasian banget!) sampe anak2 yang nyanyi-nyanyi gak jelas lagu2 galau Indonesia, pake suara cempreng pula! LOL

Bali menyambut kami dengan hujan gerimisnya yang bikin malem pertama di Hotel melati Warta Sari makin dingin. Karena capek banget, banyak dari anak-anak pada tepar dan go to bed soon. Tapi gua ama anak-anak cowok laennya yang galau dan gak bisa tidur nonton bola sambil nongkrong di balkon (baca: ngerokok). Eh, tiba-tiba ada mamang (eh,kalo di Bali panggilannya “bli”) yang nawarin jasa tato. Nah, mumpung pada liburan dan guru tatib gak akan beraksi menjelajahi tiap inchi dalam tubuh kami, ini adalah kesempatan emas buat anak2 cowok untuk mentato tubuh-tubuh kekarnya. -,-

Gue yang rencananya ambil tato di Pantai Kuta ikut tergoda ama rayuan para penjaja tato itu dan sialnya karena gak pinter tawar menawar, tato kecil bergambar burung plus tulisan “California” di dada gw terpaksa berharga Rp50 ribu, padahal setelah gw browsing di Internet harga standardnya 25-30 ribu. #Nasib

Day 1 -> Dec 18th

Hujan semalem membuat Denpasar terasa lebih dingin dari biasanya. (Sotoy banget nih gw!) Beberapa anak SOS 1 gosipnya pada ngedugem di Jimbaran dan jujur gw ngiri ama mereka! (abis gw ga diajakin -___-) Sarapan paginya pecel dan rasanya itu ANEH BANGET. Bumbu pecel Bali tuh berasa kayak bumbu pecel jawa cuman lebih pedes dan berasa dikasih Laos!! Aneh banget gak sih?? Alhasil, gw sempet muntah dan ga habis makan sarapannya. Maklum, perut gw nih salah satu bagian paling sensitif di tubuh gw. Jadi kalo ga cocok sama makanan tertentu, dia sukanya muntah! #huwekhuwek

Akhirnya Bus kami berangkat menuju Museum Bajra Sandhi yang ada di tengah Kota Denpasar. Gerimis masih mengguyur Denpasar di pagi yang dingin. Kami pun lari-lari kecil menuju Museum yang tingginya, well yang jelas ga setinggi Monas lah! Setelah puas jalan2 keliling museum sambil foto-foto narsis, rombongan bertolak menuju timur pulau Bali -> Tanjung Benoa.

Tanjung Benoa ini adalah surga buat para pecinta olahraga air. Mulai fasilitas naek perahu dan jalan-jalan ke Pulau Penyu, snorkeling, diving, banana boat, jet ski sampe paralayang yang aneh-aneh semuanya lengkap ada disini! Gw berkesempatan ke Pulau Penyu yang ternyata cukup jauh naek perahu dari pinggir pantai. Di Pulau Penyu, sempet nggendong seekor penyu yang ternyata berat banget (untungnya aja gw udah biasa angkat besi! Jadi penyu 1 ton mah ga masalah! bahaha!). Terus habis dari Pulau Penyu benernya gw pengen banget nyobain Jet Ski, cuman berhubung ga ada lagi cash dan gak ada ATM  terdekat, gak jadi deh. “(

Siangnya, kami shopping dan mampir ke beberapa Souvenir Center di Bali. Terus sorenya cabut ke Pantai Kuta sekalian nongkrongin sunset disana. Kembali ke Pantai Kuta, berasa kembali ke masa lalu. Gw punya momen spesial di tempat ini dan kayaknya udah berasa lamaaa banget sejak kejadian itu. Kuta sekarang udah berubah. Jauh lebih kotor. Gak sebersih dan se-perawan dulu. Jujur gw kecewa banget. Waktu kami sempet ngopi dan nongkrong di depan Circle-K , gw sedih banget ngeliat kotornya Pantai Kuta. Sampah berserakan dimana-mana dan herannya, kenapa juga bule-bule itu masih betah sun-bathing di samping para sampah?? Dimana para petugas kebersihan yang harusnya bertugas? Mirisnya lagi, gw gak nemu banyak tempat sampah di Pantai ini. Gimana mau bersih kalo tempat sampah aja gak ada? #kecewa

Setelah puas bermain-main di Pantai Kuta, rombongan cabut ke Garuda Wisnu Kencana-GWK. Patung raksasa gabungan antara Burung Garuda dan Wisnu (salah satu Dewa orang Hindu) yang kalo digabung tingginya bakal lebih tinggi dari Patung Liberty. (Ya iyalah, Patung Liberty mah emang gak tinggi2 amat! Monas aja lebih tinggi. Hehehe) Kembali lagi ke GWK, jadi keinget Agustus 2009 waktu gw kesini sama si Riyan buat pembukaan Konferensi 9th ICAAP bersama Pak Presiden. GWK masih tetap eksotis. Keindahan dan keperkasaan patung-patung di puncak bukit itu memberikan pesona tersendiri buat para wisatawan. Menurut gw, seolah-olah patung-patung itu berasa “hidup” dan terus “mengamati” para manusia yang berfoto dibawahnya. Apalagi pesona tebing-tebing elok yang berada di belakang Patung Wisnu menghimpit padang rumput yang terlihat menawan diterpa lampu di malam hari. Berasa kayak bukan di Bali. Mungkin kalo di Amrik, kayak Grand Canyon lah. Hahaha

Nah, GWK menutup perjalanan kami hari ini. Badan lumayan capek berat. Tapi semangat tak kunjung padam. Apalagi malam ini adalah malam terakhir kami di Bali. Gw yang masih ngebet dugem berhasil menghasut si Nizar dan masih cari mangsa lain siapa yang mau kabur dari Hotel buat ajeb-ajeb malem ini. Akhirnya, setelah diner bareng di restoran Eyang-nya Uci sama Bapak Ibu guru, gw ama Nizar langsung nyarter angkot dan meluncur menuju Poppies Lane, Kuta – Bali. Satu mangsa lain berhasil kami bawa. Dan dia adalah seorang cewek lugu penggemar berat musik Trance, House, Progressive: Dani.

Kami bertiga meluncur cepat ke daerah Jimbaran dengan angkot yang disewa seharga Rp60.000. Jam udah menunjukkan Pukul 12:20 am , lewat tengah malam. Tapi di Jalan Poppies 1 malah macet. Jangan heran, daerah ini justru terbangun di kala malam hari. Gegap gempita musik Electro, House, Trance dan lain-lain dipadukan dengan lampu-lampu disko membuat malam di Jimbaran-Kuta semakin ramai. Makin malam, makin Hot. Kami akhirnya turun di Poppies 1 dan jalan kaki ke Poppies 2. Sempet foto di Monumen Bom Bali II dan keinget hotel gw di deket situ 2 tahun yang lalu. Nyesel banget karena waktu itu gw sempet tidur dua malam di daerah Poppies tapi gak dugem sama sekali karena waktu itu gw masih polos ga ngerti dunia beginian! LOL

Pilihan kami jatuh ke Paddy’s Club. Dan setelah 10 menit di dalamnya, gw baru sadar kalo Club ini adalah salah satu diskotik korban Bom Bali II yang meledak beberapa tahun lalu!! Dani sempet ketir-ketir waktu sadar tentang hal yang sama. Hahaha 😀 Yang pasti, Paddy’s Club yang baru ini keren banget.  Musik yang diputer sama Abang DJ gak ada yang ngebosenin. Beat demi beat yang terhempas dari speaker utama dipadu lighting dan gemerlap lampu disko di dalam ruangan membuat suasana makin panas. Apalagi yang dugem disini 90% adalah bule kulit putih. Kami bertiga bagaikan anak Indonesia nyasar. Langsung ada deh, berbekal Bir Bintang (yang udah termasuk service charge seharga Rp50.000 di pintu masuk) dan nyali yang pede, kami mulai bergoyang di lantai dansa. (satunya-satunya bahasa yang tepat buat “dance floor”, ya kan??)

Satu hal yang bikin gw sebel  malam itu adalah, waktu gw jalan ke dance floor dan mulai berjoget ria, tiba-tiba para bule berhenti nge-dance! (Entah karena musiknya gak pas buat nge-dance atau karena mereka anti ama gw!) Betenya lagi, waktu si Nizar dateng ke dance floor, bule-bule itu langsung nge-dance bareng dan menggila ama dia. Ih, gimana gak bete coba??? #Grrrrr !!!!!

Setelah puas dugem dan ajeb-ajeb di Paddy’s Club, kami langsung balik ke Hotel dengan membayar taxi seharga Rp150.000! (padahal kalo pake Argo gw yakin gak nyampe 100rb) Hampir jam setengah empat pagi kami nyampe Hotel dan gw langsung tepar di kamar.

Day 2 -> Dec 19th

Pagi ini kami bertolak menuju Bedugul setelah mampir lagi di beberapa Souvenir Center. Gw baru sadar kalo Bedugul itu tempatnya di Danau Bratan, utara Pulau Bali dan jalannya menanjak, kelak-kelok kayak mau ke Pujon – Malang! Satu hal paling berkesan hari itu adalah makan siangnya! Bayangin aja, setelah 2 malam gue nahan gak makan nasi gara-gara masakan Bali yang gak cocok ama perut gw, akhirnya kami makan di restorannya sebuah resort di deket Danau Bratan. Alhamdulilah, akhrinya makan enak juga!! Hahaaha

Sialnya, bukit-bukit dan bedugul di sekitarnya sedang hujan lebat dan berkabut waktu kami sampai di lokasi. Yaudah, terpaksa kami putar balik dan malah belanja lagi di Joger. Gw yang gak beli apa-apa di Joger malah hunting Duren ama si Ponk, Nia dan Adis.

Spot terakhir yang kami kunjungi adalah Tanah Lot, sekalian searah jalan pulang ke Jawa. Di tanah Lot, kami nyaris ngelewatin Sunset. Akhirnya cita-cita gw buat ngunjungin Tanah Lot keturutan juga. Di atas karang dan hempasan ombak senja itu, gw sempet nulis puisi untuk seseorang yang spesial. #Cieee

Dan akhirnya, usai sudah lawatan kami di Pulau Dewata. Satu hal yang bermakna di dalam perjalanan ini adalah, pengetahuan gw yang bertambah tentang Bali dan ke-Hindu-annya. Ini berkat si “Bli” sang pemandu wisata di bus kami yang suka celoteh tentang makna-makna dan filosofi kehidupan yang sampai sekarang dipegang teguh oleh orang Bali. Baru kali itu gw paham tentang apa makna kotak-kotak hitam putih yang ada di sarung orang Bali. Kata bli, hitam dan putih itu melambangkan kontrasnya kehidupan. Baik dan buruk. Siang dan malam. Pria dan wanita. Dan diantara hitam dan putih itu, ada abu-abu. Diantara siang dan malam pasti ada senja. Diantara pria dan wanita, mungkin ada “banci”. Banyak banget nilai-nilai dan cara sudut pandang orang Bali yang baru gw tahu. Salah satunya gimana cara mereka bikin rumah yang harus ada pekarangannya, menghadap ke sudut mata angin tertentu dan satu hal yang paling unik: cara mereka menjemur pakaian. Kalo di Jawa mungkin orang-orang suka jemur pakaian di pagar rumah atau seenaknya aja jemur celana dalam di samping baju atau topi.Tapi buat orang Bali, itu pantang. Mereka gak boleh jemur pakaian di pagar dengan alasan estetika dan kesopanan, dan gak boleh sembarangan taruh posisi celana dalam dan pakaian lainnya. Misalnya kalo jemur topi harus diatas baju dan celana gak boleh ditaruh diatasnya baju. (karena filosofinya topi dipakai di kepala, terus baju di pakai diatas celana). Nah, keren banget kan cara pandang mereka?

Belum lagi cara mereka dekat dengan Tuhannya. Ternyata gak jauh beda sama orang islam yang wajib Sholat 5 waktu, orang Hindu wajib sembahyang 3 kali sehari dengan menyajikan “sesaji”. Gak heran kalo di tiap-tiap rumah pasti ada tempat sembahyang atau bangunan pura suci. Jangan heran kalo di tiap sudut Bali ada janur kecil berisi bunga-bunga dan dupa, bahkan di Kasir Supermarket, Circle-K, Mall sampe perempatan jalan.

Inilah yang gw suka dari traveling. Terkadang ketika kita mengunjungi suatu tempat, bukan cuma pleasure dan wisata aja yang kita dapetin, tapi banyak banget nilai-nilai kehidupan dan kemanusiaan yang bisa kita ambil dari situ. “It’s not only a travel,  it’s all about being the truly you and discover something you don’t know about this life..”

Exodusa goes to Air Terjun Coban Rais

Berada di Kelas Exodusa – Stetsa (XII IPS 2 2011/2012) adalah anugerah tersendiri buat gw. Secara, mereka ternyata anak-anak kelas yang kompak dan petualang sejati. Setelah mengadakan penelusuran mendalam tentang tabiat anak-anak di kelas ini (terutama anak2 cowok), ternyata mereka kalo bolos suka kompak dan barengan. Dan spot bolos mereka itu ga sembarangan. Kadang ke pantai selatan di Malang, beberapa air terjun di daerah utara Malang bahkan Gunung Bromo! Gimana ga keren, coba??

Kali ini, kami merencanakan buat traveling ke Air Terjun Coban Rais yang ada di daerah Batu. Alhamdulilah-nya adalah kami ga perlu bolos sekolah karena kami sengaja pergi pas weekend time. Rombongan kami berangkat sekitar jam 10 pagi dari tempat nongkrong anak2 di deket Jalan Kertanegara. Perjalanan ke spot parkir Coban Rais-yang ternyata deket sama Studio Batu TV-ditempuh ga lebih dari 1,5 jam dari Malang.

Nah, dari spot parkir motor ke spot air terjun ternyata memerlukan sedikit “petualangan”. Disinilah justru tantangannya. Karena kalo ke Coban Rondo, spot jalan menuju air terjun udah di paving dan sengaja di setting jadi tempat wisata. Jadinya, kurang menantang.

Kami harus berjalan menyusuri bukit dan menyeberang beberapa sungai yang “Wow”. Beberapa ruas jalan bahkan masih ditumbuhi semak belukar lebat. Terik matahari yang semakin memanas tak menyurutkan niat kami untuk terus “menuju puncak.” Spot terberat yang ada waktu itu adalah pas naik ke bukit dan ketinggiannya kira-kira 60 derajat. Disinilah anak-anak cewek jadi agak rewel. Alhasil, tugas cowoknya lah buat ngerayu dan kalo perlu nggendong mereka biar mau jalan sampe puncak tanpa harus cengeng. 😀

Setelah kira-kira satu jam jalan kaki, akhirnya suara air terjun dan udara dingin mulai menyeruak diantara kelelahan kami. Excitement dan kepuasan tiba-tiba menjalar di tubuh ketika hamparan air terjun setinggi 20 meter tersaji indah di depan mata. Coban Rais -> Air Terjun Rais. Coban yang berasal dari bahasa jawa berarti air terjun. Sedangkan Rais, gw ga tau kenapa namanya Rais. Mungkin yang nemuin air terjunnya Bapak Rais kali! Hahahaha #sotoy

Setelah puas main air dan sempet ngerasain pijat refleksi air terjun di punggung yang ternyata lumayan sakit-akhirnya kami masak mie instan dan pop mie dengan bekal panci, korek dan kayu bakar. Tak lupa, Kopi ABC Mocca menemani makan siang kali ini. Pokoknya, seru banget lah makan bareng sama temen di tengah alam kayak gini.

Setelah puas foto2 dan ngobrol2 ga jelas, kami harus segera pulang karena mendung semakin gelap dan takutnya hujan. Meskipun ponco (jas hujan) sudah menjadi bekal wajib, tapi kalo sampe kejebak hujan disini, bisa berabe!

Perjalanan pulang ga kalah seru dari berangkat tadi. Naik turun bukit, nyeberang sungai sampai lewat jembatan yang berupa talang air setinggi lebih dari 20 meter dari permukaan jurang adalah spot favorit gw. Buat anak cewek, mereka milih jalan muter daripada harus nyeberang jurang ini. Buat anak cowok yang ga takut ketinggian kayak gw sih ga masalah. Tapi anak cowok yg sebenernya takut ketinggian tapi terlalu gengsi kalo harus nyerah, mau gak mau harus nyoba! Hahaha 😀

Yang pasti, perjalanan kami hari ini seru banget. Air terjun Coban Rais emang ga sebagus yang aku bayangin, sih. Tapi momen-momen seru di tiap perjalanan dan perjuangan yang harus kami lakukan untuk menikmati indahnya alam kira-kira cukup lah buat membuat aku tersenyum hari ini.

Thank you Exodusa and all my friends today! 😉

“Di Atas Langit Masih Ada Langit” : Good Bye USA, Hello again Indonesia!

Fort Wayne – Indiana,  June 28th 2011

Kadang-kadang, kehidupan nyata itu emang nyebelin. Gak sebagus atau sedramatis yang ada di film-film. Dulu waktu gue ninggalin Malang buat ke Amrik, gue buru-buru berangkat hampir ketinggalan kereta api. Udah gak keren karena ga ada adegan pesawat yang lagi take off, eh ditambah ga ada ciuman selamat tinggal dari pacar lagi. Hehe, Nasib!

Pagi ini, waktu gue ninggalin Fort Wayne buat balik ke Indonesia, buru-buru lagi karena takut ketinggalan pesawat, (kayaknya hobi banget yak buru-buru tiap mau traveling? Kebiasaan!) Ditambah lagi gak sempet ngomong ‘say good bye’ ama Blake and Kaylie yang masih molor gara-gara pesawat gua berangkatnya kepagian. Setelah mengalami masa kekhawatiran bagasi yang overload (which is normal for most of exchange students yang barang-barang bawaannya selalu beranak pinak setelah mereka tinggal di negara orang).

Untungnya, gue tipe traveler simple yang gak suka bawa bagasi kebanyakan. (Trauma sejak perjalanan gue ke Bali buat Kongres AIDS 2 tahun lalu yang ribetnya minta ampun gara-gara bawa bawa satu koper gede plus ransel gunung padahal cuma ngehadirin acara kongres 7 hari!). Tapi, kali ini ceritanya beda. Gue idup di Amrik selama setahun dan yang pasti barang-barang pribadi yang gue punya selama disini juga banyak. Mulai dari baju yang segebok (walaupun kebanyakan second hand dari Blake, host brother gua), Sepatu 5 pasang, Tuxedo 2 pasang (satu buat Prom, satunya lagi kostum Show Choir), Gadget (Laptop, Handphone, iPod,etc), buku-buku/novel, jam weker digital, oleh-oleh dan souvenirs nyampe bantal ikan Nemo kesayangan gue.

Tapi sayang, berhubung bagasi cuma dibatesin 40 pounds (skitar 20kg), dan gua males ngirim barang-barang gue ke Indonesia karena biaya ongkosnya ternyata lebih mahal daripada harga barang-barang itu sendiri, jadinya gue dengan setengah terpaksa ninggalin mereka aja di kamar gue. Satu hal yang bikin gua sebel, waktu check-in di DC sebelum terbang ke Jakarta, anak-anak yang bagasinya lebih dari satu ternyata dibayarin AFS pake Credit Cardnya salah satu volunteer kami! Padahal di surat edaran AFS jelas tertera, “AFS wouldn’t cover any overload or extra luggages for all students.” Sialan banget kan, tau gitu gua bawa aja tuh bantal Nemo kesayangan gua!

Anyway, balik lagi ke adegan dramatis detik-detik gua ninggalin kampung halaman gue selama setahun di Amrik : Pesawat United Airlines jurusan Fort Wayne –  Chicago – Washington DC baru aja take off, ninggalin daratan Indiana yang meranggas kepanasan karena sengatan Matahari di musim panas.Untuk terakhir kalinya gue ngelihat Fort Wayne, kota terbesar kedua di Indiana. Tempat gue belajar begitu banyak hal selama setahun terakhir. Hampir setahun yang lalu, di pesawat yang sama, di ketinggian yang sama juga, gue harap-harap cemas menanyakan nasib gue selama setahun hidup di negeri ini. Gimana ntar host family gue, gimana gue ntar bisa ngomong bahasa Inggris dengan lancar atau gimana gue ntar bisa survive sebagai ‘alien’ diantara bule-bule kulit putih dan berbadan gede itu. Masih lekat di memori gua, waktu dateng di airport setahun lalu, Host Dad ama Host Brother gua nyambut pake Poster “Welcome Hadiansyah Aktsar in Fort Wayne, Indiana”, masuk ke mobil trucknya dan disambut pelukan hangat Host Mom di depan pintu rumah.

Masih inget juga waktu pertama kali masuk rumah, gue disambut gonggongan 6 ekor anjing yang salah satunya nggigit kaki gue nyampe luka! Sumpah gue bakal kangen berat ama Lucy, anjing pudel terlucu di dunia yang paling ramah dan paling lincah yang pernah gue temui. Juga Scuff, kucingnya Shad yang seharusnya tidur ama Shad disebelah kamar gua, tapi sering ‘selingkuh’ tidur di kamar gue dan alhasil pakaian gue selalu penuh ama bulu-bulu putih. (I’m gonna miss u so much Scuff!) Dan juga anjing-anjing lainnya : Maysie (anjing terpintar yang pernah gue punya. Bisa diperintah duduk, berdiri ama shaking hand). Bandit (anjing paling nyebelin yang suka nyolong makanan gua, mulai hamburger nyampe coklat oleh-oleh buat temen di Indonesia!). Bentley and Abie (si cihua-hua), almarhum Goldy (moga2 udah istirhat tenang di alam sana) dan yg terakhir : Jessie. (Burung beo terberisik di dunia ). I’m gonna miss u though,hopefully u r gonna mention my name couple times! lol

Masih inget banget waktu gue daftar buat ikutan “Carroll High School Show Choir” gue disambut tepuk tangan meriah dan punya sahabat-sahabat baru yang ‘keren’. Gue masih gak percaya semua itu sekarang udah berakhir. Kayaknya baru aja kemaren gue dateng ke Amerika dengan cukup –norak- polos dan sekarang gue harus ninggalin negeri Paman Sam ini dengan kondisi Rock n Roll. Thanks God atas semua ini. Aku bisa dapet host family terbaik di dunia, yang care banget ama, yang ngertiin aku dan ngasih banyak banget pelajaran berharga buat aku. Setahun idup disini bener-bener bukan waste of time. Justru semakin lama kita berada di suatu tempat yang beda dan belajar hal-hal yang baru, kita bakal ngerasa makin bego. Ternyata banyak banget lho hal yang gak kita tahu di dunia ini. Semoga gua gak akan pernah berhenti belajar untuk melihat dunia, melihat kehidupan..

Good Bye Indiana, Good Bye Fort Wayne, Good Bye My Host Family (You guys are awesome! I love you..), Good Bye My Friends (You guys are amazing, thanks for share everything and taught me American Slank!). I promise I’ll come back, someday…

Washington DC, July 30th 2011 Kejadian-kejadian setelah gua ninggalin Fort Wayne untuk selamanya (eh,gak selamanya juga ding) serasa berjalan begitu cepat. Rasanya kayak kelebat adegan-adegan cepat di sebuah film, atau pohon-pohon dan bangunan yang terlihat melesat kencang waktu naek TGV di Perancis.

Abis excited banget ketemu temen-temen sesama TKI di Amerika (yang nama kerennya adalah Exchange Student), kami jadi sibuk banget ngobrol ngalor ngidul. Mulai ngegosipin host family masing2, curhat ama pengalaman2 yang aneh nyampe shock karena nemuin wajah-wajah baru temen-temen kami. Ada yang makin keren+sok borju (gue contohnya, hihi :p ), ada yang makin cakep -> Cewek-cewek makin pinter dandan, cowok-cowok pada gondrong rambutnya, ada juga yang badannya yang makin gendut kayak ibu hamil (buat A*li*e, maap jangan tersinggung yaa..:D ), ada yang rambutnya kribo ngalah-ngalahin giring Nidji, malah ada juga yang kulitnya gosong tambah item.

Di Hilton Dulles Airport, sekitar 400 exchange students dari seluruh belahan dunia untuk YES Program kumpul bareng. (terutama dari Negara-negara mayoritas penduduk Islam di Asia-Afrika). Kami dapet Re-Orientation dan banyak pembekalan tentang hal-hal yang ntar bakal dihadepin waktu pulang ke alamnya masing-masing. Overall, kegiatan disini seru banget. Kita sempet jalan ke Indonesian Embassy, disambut ama makanan-makanan Indonesia yang ternyata sambelnya pedes kayak setan. (mungkin efek setahun gak makan sambel kali ya?). Terus anak-anak yang di host di Indiana sempet ketemu ama Senator Lugar (pejabat ngetop di Amerika yang juga pendiri YES Program). Beliau sempet bocorin tentang pemotongan budget yang dilakuin Pemerintah AS karena krisis moneternya moga gak bakal berpengaruh besar ama kehadiran-kehadiran exchange students yang akan datang.

Hal yang paling membanggakan yaitu pas kita tampil di Hall Grand Hyatt Hotel buat farewell party and cultural show. Semua perwakilan YES dar berbagai Negara tampil nunjukin tarian, nyanyian dan atraksi-atraksi menarik mereka yang berasal dari Negara masing-masing. Gue yang sebenernya gak terlalu bersemangat tiba-tiba diminta buat jadi pemipin tari kecak.Kami dari Indonesia nampilin full performance tari saman, tari kecak + tari bali, terus paduan suara ditutup ama nyanyi-nyanyi bareng. Dan well, akhirnya setelah berjam-jam nunggu di Dulles Airport, pesawat United Airlines tujuan Washington DC-Frankfurt udah ready buat take off. Kami 101 anak Indonesia yang telah 11 bulan berada di pengasingan pada excited mau balik ke Indonesia kayak wajah-wajah TKI yang mupeng ketemu ama bapak emak di kampung. yang bakal ditransfer ke Lufthansa jurusan Frankfurt-Singapore-Jakarta. Perjalanan lebih dari 23 jam berasa lambat banget. Feels like, it takes forever.

Mulai capek, pegel, jetlag gara-gara ngelintasin zona waktu, nyampe bau badan karena gak sempet mandi dan suka ngemper tidur di gate bandara karena emang penerbangannya gak nyediain lounge buat transit di Frankfurt yang berlangsung selama 9 jam! (Inilah dilema TKI dan penerbangan murah).

Di pesawat, gua gak bisa tidur. Kejadian-kejadian 24 jam lalu, 2 hari lalu, 3 minggu, 4 bulan nyampe 11 bulan yang lalu masih berkelebat di kepala. Kadang gua masih gak percaya kenapa gua bisa nyasar di Amrik dan sekarang udah waktunya balik. Ternyata semua ini berawal dari mimpi. Cuman karena mupeng ngelihat kakak kelas berangkat ke Amerika, gue jadi termotivasi buat ngejar dia dan nekat ninggalin Indonesia buat belajar sesuatu yang baru. Gue inget perjuangan gue dulu berat banget, mulai Tes Tahap I, II, III nyampe Tes Nasional. Ngotot ama Bina Antarbudaya buat pinjem paspor karena gua juga musti ngehadirin konferensi di Wina, dan sebagainya dan sebagainya. But it’s all worth it.

Waktu gue nengokin ke jendela pesawat, gue ngelihat pemandangan luar biasa. Gua sering banget naik pesawat, tapi baru kali ini bisa ngelihat pemandangan paling menakjubkan diluar sana. Melintasi zona waktu, pesawat terbang ke arah timur. Cakrawala yang berwarna jingga terbentang mementuk horizon tak terbatas. Gumpalan awan yang menggerombol dibawah sana bagaikan kumpulan kapas tebal yang lembut. Tapi begitu gue nengok ke atas, ternyata masih ada langit biru yang terbentang luas. Ternyata bener kata orang, “Di atas langit masih ada langit.”

Ketika kita melihat angkasa, kita akan sadar betapa kecilnya manusia dan betapa gak berdayanya kita sebagai makhluk Tuhan. Tapi disaat yang sama, kita juga akan tersadar kalo ternyata bukan hal mustahil untuk terbang melintasi langit dan cakrawala itu. Inilah dasar buat gue untuk gak pernah berhenti buat bermimpi. Karena ketika kau bermimpi setinggi langit, maka jika kau jatuh maka paling tidak kau akan mendarat diatas gunung yang tinggi.

Lihatlah angkasa, pejamkanlah matamu, ucapkanlah mimpimu dan biarkan alam semesta mendengarnya!

Lufthansa Airlines -> Frankfurt – Singapore – Jakarta, July 2nd 2011.

Ohio Spring Trip -> More about friends!

Spring Break!

Here we are finally! Escape from the fatigue of our life! Works, school, homeworks, volunteering, school papers, research, doing dishes at home, homeworks again. Everything that we have to do in our daily life will be gone when we are in a vacation! That’s why I love traveling.

To see the fact that not all of exchange students coordinator willing to arrange the vacation together with their kids, I’m so grateful to have Anita (our Local Coordinator who specially arranged this trip for us).  And I’m also glad to be here this time, write this blog while people are sleeping around me!

So, we’ve been in Ohio for about 4 days. We visited Thomas Alfa Edison’s Birthplace and got a really boring tour guide who talked too much (we were so damn tired standing in front of him while he was explaining about Thomas Edison’s mother in law-we don’t even care with his mother in law!). But fortunately it was a great place though. Thomas Edison was a smart dude at least!

The second day we were exploring Cleveland. We went to The Great Lake Science Center ( it was pretty cool coz NASA stuffs were there. We saw some astronauts and their rockets and we got electricity shock machine). The Rock and Roll Hall of Fame was good too. Knowing the fact that I’m not a rocker fan, at least I could see some Micheal Jackson’s outfits and it was pretty cool. I like to enjoy the view of Lake Michigan which is look like beach and smell like an ocean with some shore birds flying above your head.

Then the third day we were leaving Hyatt Place Hotel at Cleveland and visit Ohio Cavern. The cave was big and long like a tunnel, still fresh and It was the first cave in America I’ve ever seen and it was pretty cool, even though I actually like Maharani Cave in East Java better. After we got satisfied with natural expedition, we then go ahead to National Air Force Museum. I like commercial airplane better than war plane. And I used to want to be a pilot but apparently I’ll prefer to be a passenger (especially in the first class!).

We checked in to Hyatt Place Hotel in Cincinnati after attending Catholic Mass. And i got my first bowling game (finally!) with my foreign friends.

Today we just watched Baseball Game. The Reds team for Cincinnati were playing really good. And honestly I always never understand about sport whether it’s basketball, baseball or even soccer. I can’t do sport and I couldn’t understand about the rule of the game. But i do have spirit. So whenever the team got strike or home run or whatever, I always yell “Yeahh..!” and giving wave hand was my favorite part!

Basically, the trip was awesome. And we are going to Newport Aquarium at Kentucky tomorrow. But New York City will always the best. I actually expected to go to Chicago rather than Ohio. But to have another taste and experience, I could recommend Cleveland. One thing i got from this trip is : “friendship”. I got closer and know my friends better. We share a lot of things about host parents, friends and our life in America. It’s not easy to be an exchange student. Sometimes we feel happy, excited and enjoy with our life, but there is also a time when we feel alone, strange and maybe a little bit homesick.

But THIS IS LIFE. No matter where you are, what you feel, You are yourself. It’s up to you how to drive your life. It’s gonna be awesome if you’ll make it happy or it’s gonna be dreadful if you make it sad. So why don’t we just smile and have a good life? Like Professor Dumbledore said, “You are not alone. You have friends”

So if someday I go to South Korea for a conference, I can say “Hi! Can you take me around Busan and be my guide?” to Naeun Kim. When I go to Germany, I could see Pascal Klos and say “How are you doing bro?” and hangout with his R6 Yamaha Motorcycle. Or maybe I’ll looking for Mohib Qureshi when i visit Taj Mahal in India and pray Jum’ah together.

I do believe that friends are the best gift ever and that’s why I love my friends! So Let’s build a friendship to make a better world whether from exchange program or facebook or any media you can do. Make and greet as much as friends around the world and see how amazing this world for you!

Hyatt Place Hotel, Cincinnati – United States

Room 407. 00 : 57

NYC Day Two : Empire State Building, Ground Zero, Brooklyn Bridge, Broadyway!

Fabulous! Fantastic! Gue sekarang lagi happy banget. Meski baru aja nyampe hotel, kaki capek habis jalan dari Broadway, kepala pusing, mata udah 5 derajat ga bisa melek, tapi seger lagi gara-gara abis mandi pake air panas. Kenapa gue happy? Karena selain kaget setengah mati waktu cek ATM ternyata tiba-tiba ada 125 dolar nongol disana dan artinya gue masih bisa berkeliaran di NYC dengan stok duit yang cukup karena lifestyle dan biaya hidup disini emang berlipat-lipat. Kalo di Indonesia, kayak Bali kali ya?

Nah, satu hal yang bikin mood gue meledak malam ini adalah : “Wicked” The Musical di Broadway. Shownya udah selesei 2 jam yang lalu tapi suara merdu Teal Wicks ama Katie Clarke masih terngiang di kepala gue.

Sebelum jalan ke Broadway malam ini, kami sempet mampir ke Ground Zero. 9/11 Memorial. Disinilah saksi bisu Menara kembar Pentagon dibom sama teroris Al Qaedah hamper 10 tahun yang lalu. Waktu di Memorial 9/11, gue sempet terharu. Gue bisa ngerasain gimana sedihnya para keluarga korban yang gak berdosa. Lebih dari 9000 nyawa melayang sia-sia waktu itu. Gue sampe sekarang gak paham gimana para teroris itu beranggapan soal Jihad. Gue emang bukan ahli agama. Tapi gue yakin Tuhan gak pernah ngutus para manusia buat jadi pembunuh dan teroris yang cuman buang-buang duit buat ngerakit bom terus ngebunuh jiwa-jiwa yang gak berdosa.

Terus kami juga sempet ke Empire State Building, yang sempet menjadi salah satu gedung tertinggi di dunia di tahun 1930-an. Sampe di lantai 96, ternyata anginnya gede banget. Tapi gue sempet ngelihat patung liberty lewat teropong.

Kami sempet juga mampir di Brooklyn Bridge NYC, yang ternyata airnya gak sebagus yang kayak di film-film. Warna airnya yang coklat jadi ngingetin gue ama Sungai Brantas di Malang. Yang pasti gue foto-foto sebanyak mungkin disana dan walau sempet kesasar gara-gara nggak ngerti arah waktu mau ke China Town, akhirnya kami balik ke Hotel dan makan malam di Hard Rock Café. Dan akhirnya, Broadway Time!

Broadway, salah satu  spot di New York City yang paling terkenal di dunia, merupakan salah satu area di daerah Times Square yang menyajikan banyak pilihan perutunjukan musical. (Persis kayak Malioboro kalo di Jogja). Beralamat di 1681 Broadway, NYC. Pentas musical yang ditampilkan beragam, mulai dari “Jersey Boys”, “Memphis”, “The Lion King” (punyanya Disney), “Chicago”, “Phantom the Opera” nyampe “How to Succeed in Business without Really Trying” yang dibintangi ama Daniel Radcliffe yang jauh-jauh diundang dari Inggris buat live show disini.

Dulu awalnya waktu ditawarin mau nonton apa, I have no idea what they are! Gue gak ngerti apapun tentang apa itu musical, bahkan Broadway. Yang gue tau dulunya broadway itu gedung teater yang ada di New York. Itu aja. Maklum, sebagai seorang exchange student yang baru setengah tahun idup di Amrik gue masih butuh belajar banyak tentang dunia hiburan Amerika. Well, paling gak, sekatrok-katroknya gue idup disini ternyata masih banyak bule yang lebih katrok. (Waktu di bus, ternyata ada bapak-bapak yang gak ngerti caranya nge-set kursi buat disandarin kebelakang atau temen-temen gue yang norak banget waktu ngelihat gedung-gedung tinggi di NYC).

Pelajaran nomor delapan belas : Jangan dikira semua bule itu keren!

Kembali ke Broadway, kenapa disini banyak ‘live show’ karena gak semua orang suka nonton bioskop. Bahkan para aktor yang bisa kerja di Broadway butuh perjuangan dan pengalaman yang sangat keras buat ngedapetin job disini. Dan lagi, pentas musical yang “live” ternyata jauh lebih punya ‘taste’ dan daya tarik tersendiri. Para pemain gak cuman akting di panggung biasa, tapi mereka juga nyanyi, dance di waktu yang bersamaan. Gak cuman itu aja, setting dan properti yang ada gak sembarangan. Properti yang digunakan bisa nyampe dua lantai tingginya, pake patung-patung buatan, robot, jembatan buatan dan segala tetek-bengek yang LUAR BIASA. Didukung ama lighting 360 warna yang canggih, gue berani sumpah kalian gak akan pernah mau ngelewatin kesempatan buat nonton ke Broadway kalo pergi ke NYC!

 

“Wicked”, yang gak sengaja gue pilih karena namanya keren (bahkan gue gak tahu apa itu ‘Wicked’ dalam bahasa Indonesia). Dan setelah tahu pun, gue bersyukur karena selain gue seneng banget ama Harry Potter, gue gak pernah nyesel malem ini bayar 500 ribu rupiah cuman buat nonton teater kayak begituan. Itupun tiket termurah yang tempat duduknya paling atas di lantai tiga dan gue gak bisa ngelihat jelas wajah pemainnya!

Yang pasti, malem ini gue bener-bener terinspirasi dari para pemain Wicked yang luar biasa. Gue yakin, dibalik performance yang luar biasa itu, kerja keras dan perjuanganlah yang membuat mereka bisa menyajikan pertunjukan sampai di level yang sehebat itu.

Gue yakin, suatu saat pun gue bisa jadi kayak mereka. Apalagi besok saatnya tampil di Manhattan Ballroom buat Show Choir National FAME Events. Dan dua minggu lagi gue bakal tampil lagi buat Spring Play di sekolah. Gue semakin yakin sama diri gue sendiri bahwa ini adalah dunia yang gue inginkan dan akan gue dapetin suatu saat nanti.

Yang pasti, gue gak akan pernah lelah untuk bermimpi..

Selamat Malam Dunia!

Novotel Hotel, Times Square, NYC

March 18, 2011

01.37am

New York City Day One : Statue of Liberty, Manhattan and Staten Island

Good Morning New York City!

Well, setelah kurang lebih 10 jam kejebak di dalem bus yang gak nyaman (I hate Bus),. Dengan fasilitas toilet yang flush-nya gak rusak dan alhasil bau pesing toilet menyebar dibagian belakang bus, ditambah lagi bau kursi yang kayak gak pernah dicuci, perjalanan jauh pertama gue di Amerika jadi gak berasa perfect. Ternyata rute Fort Wayne (Indiana) ke New York gak sejauh yang gue bayangin. Perjalanan non stop bisa ditempuh 10 jam, lebih deket daripada Surabaya-Jakarta.

Gue bersyukur banget tahun ini dapet kesempatan buat menyapa salah satu kota tersibuk se-jagat raya. New York City. Kota ini punya banyak julukan, salah satunya “The Big Apple”. (Hmm, apa ya artinya? Apa disini banyak apel melimpah kayak di Batu, Malang?? Well, we will see! ) Seperti pandangan semua orang di dunia, New York bagaikan sebuah ‘kota impian’. Tempat dimana gedung-gedung pencakar langit kokoh berdiri, New York adalah gerbang yang menyambut perjalanan hijrah mereka dari Negara masing2 demi mendapatkan ‘kehidupan yang lebih baik’. Yap. Karena New York terletak di east coast Amerika, jadinya orang2 Eropa dan Inggris yang hijrah kesini lewat Samudera Atlantik berlabuh di kota ini. Merekalah, para imigran dunia yang sengaja “kabur” dari Negara kampung halaman mereka karena kekangan politik, agama dan budaya (especially Europe). Kejadian ini berlangsung mulai jaman dulu sampe detik ini. (hijrah Eropa-Amerika sempat membeludak waktu kekuasaan Hitler di Eropa berjaya. Orang2 yahudi terutama dan ‘masyarakat innocent’ lain yang gak betah ama kebiadaban Hitler waktu itu pada kabur ke Amerika semua)

Inilah New Yew York City, Amerika Serikat. Dimana Patung Liberty berdiri tegap menghadap samudera, menyambut ramah para manusia yang datang dari seluruh penjuru dunia dengan sejuta harapan demi mendapatkan kehidupan yang mereka impikan. . New York memanglah kota impian.  Seperti salah satu puisi dari Emma Lazarus :

The New Colossus

Not like the brazen giant of Greek fame,

With conquering limbs astride from land to land;

Here at our sea-washed, sunset gates shall stand

A mighty woman with a torch, whose flame

Is the imprisoned lightning, and her name

Mother of Exiles. From her beacon-hand

Glows world-wide welcome; her mild eyes command

The air-bridged harbor that twin cities frame.

“Keep ancient lands, your storied pomp!” cries she

With silent lips. “Give me your tired, your poor,

Your huddled masses yearning to breathe free,

The wretched refuse of your teeming shore.

Send these, the homeless, tempest-tost to me,

I lift my lamp beside the golden door!”

New York City, kota terbesar di Amerika ini sebenernya gak jauh beda ama ibu kota Indonesia.  DKI Jakarta, kota metropolitan yang punya peran penting buat pertumbuhan ekonomi, politik, sosial, kenegaraan dan juga pariwisata di Indonesia sampai saat ini masih menjadi daya tarik para kaum urban buat mengadu nasib. Tapi hidup ternyata emang gak segampang yang mereka bayangkan. Kurangnya skill dan modal yang memadai dari kampung halaman membuat para kaum urban justru hidup menderita di kota impian. Hal yang sama terjadi di York City. Bedanya, kalo di Jakarta kebanyakan orang yang hijrah adalah ‘orang-orang kampung’ dari Jawa, tapi kalo New York adalah tempat hijrah buat ‘orang-orang kampung’ dari seluruh dunia. Alhasil, inilah tempat dimana semua orang dengan berbagai macam warna kulit, bahasa, suku, hidup bercampur baur membentuk suatu alkulturasi.

Melihat New York City di hari pertama, ternyata gak seindah dan se-perfect yang gue bayangin. Kebersihan lingkungan gak terlalu dijaga, bahkan beberapa spot juga bau pesing, ditambah bau alcohol dan asap rokok. Tiap orang jalan buru-buru. Mulai dari businessman yang ngejar taxi buat meeting, para turis yang takut ketinggalan pesawat, pedagang kaki lima yang menjajakan jualannya, bahkan para pengemis dan homeless people lainnya yang berkedok dengan berbagai macam cara demi mendapat sekoin penny.

Kebetulan hotel kami di daerah Times Square yang ‘meriah’. Kenapa meriah? Karena iklan digital ukuran raksasa menyala dimana-mana. Dipajang tinggi di gedung-gedung bertingkat di area yang trafficnya sengaja di-set lumayan bagus. Alhasil, it’s look beautiful in the night! Berasa kayak di Tokyo. (Well, gue belum pernah ke Tokyo sih benernya). Tapi Tokyo emang city sister-nya NYC. Mereka beda-beda mirip.

Yang pasti, gue bersyukur sempet singgah di New York City sebelum pulang ke tanah air musim panas tahun ini. Kunjungan kali bukan cuman traveling, tapi juga punya misi. Gue di NYC sebagai perwakilan Carroll High School dari Indiana yang bakal ikut FAME Show Choir Competition se-Amerika Serikat. Gak banyak exchange student yang punya privilege kayak gini. Gw jadi bangga. 🙂 Gw bener-bener gak rugi waktu pertama kali disodorin lembar perjanjian dan biaya Show Choir sebesar 18 juta rupiah (yang ternyata sekarang udah lunas dan gue masih belum percaya!), atau shock pas tahu kalo Show Choir ternyata bukan choir biasa yang cuman nyanyi acappella. Dan gue bisa jadi satu-satunya exchange student angkatan tahun ini yang terlibat di Show Choir yang amazing!  Thanks God for these opportunities. I do love my life!

Room 1810

Novotel Hotel, New York City

00 : 11 am

6 Festival Khas di Indonesia

Indonesia sering disebut sebagai raksasa tidur Asia Tenggara, dan julukan itu memang tepat. Dengan lebih dari 18 ribu pulau, gugusan pulau ini memiliki keragaman luar biasa akan apa yang bisa Anda lihat atau lakukan saat berlibur ke sana.

Modernisasi membawa berbagai macam pembangunan (sebagian mengatakan pembangunan yang berlebihan) ke Jakarta, sementara pariwisata Bali kembali hidup setelah sempat hancur ketika ledakan bom 2002 lalu. Ada juga pegunungan seperti Bromo dan Borobudur yang mistis bagi pencari berbagai jenis atraksi, selain juga 6.000 pulau berpenghuni.

Tidak mengherankan bila Indonesia menawarkan berbagai macam festival yang sangat khas menonjolkan budaya mereka, mencerminkan keragaman etnis dan tradisi dari berbagai bagian nusantara. Anda akan menemukan keragaman itu dalam enam festival khas Indonesia ini, mulai dari perayaan seni, batik, tarian dan upacara. Jika mungkin, Anda bisa menyaksikan salah satu festival ketika berkunjung ke Indonesia!

Festival Krakatau

Festival Krakatau adalah festival tahunan yang diselenggarakan di Lampung, diadakan untuk merayakan pulau vulkanik bernama sama, Krakatau. Gunung Krakatau meletus pada 1927, letusan itu kemudian menghasilkan pulau-pulau kecil baru, yang diberi nama Anak Krakatau.

Selama festival, pengunjung dapat menikmati berbagai macam pertunjukkan seperti Karnaval Tuping (Karnaval Topeng Lampung), atraksi gajah serta berbagai macam tarian dari Lampund dan kota sekitarnya. Akhir dari rangkaian acara ini adalah kunjungan ke pulau vulkanik itu, masih aktif tetapi sedang tidur lelap. Untuk sementara!

Festival Kesenian Bali

Salah satu perayaan seni budaya tahunan terbesar di Indonesia, Festival Seni Bali selalu penuh sesak. Selama sebulan penuh, berbagai pertunjukan seni, pameran, dan aktivitas budaya lainnya akan berlangsung di seluruh Bali, menawarkan tarian, musik dan keindahan budaya mereka.

Perayaan terkenal itu menampilkan pertunjukan seperti tarian tradisional yang sudah hampir terlupakan, jejak dari daerah terpencil di Bali, makanan, kerajinan tangan, serta kreasi baru dari sekolah-sekolah tari di Denpasar dan koreografi kontemporer dari seniman nasional dan internasional.

Karnaval Batik Solo

Sejak zaman dahulu, tradisi batik selalu memiliki akar yang sangat kuat di Solo. Kotadi  Jawa Tengah itu bahkan telah menjadikan batik sebagai ikon dan identitas, sebuah gambaran tepat dari kota yang terkenal karena keindahan kerajaannya dan kehalusan
perilaku. Karnaval Batik Solo diadakan untuk memperkuat tradisi itu, dan untuk mempromosikan batik pada skala nasional dan internasional.

Acara ini adalah kombinasi upacara, pagelaran busana dan karnaval, semuanya menggunakan batik sebagai tema. Akan ada juga bazar yang menawarkan berbagai macam batik dan suvenir unik Solo.

Festival Musik Etnik Internasional Solo

Salah satu festival terbaru dari Solo adalah Solo International Ethnic Music (SIEM) Festival, yang berfokus pada pertunjukan dan perayaan musik etnis. Ajang ini adalah suatu platform unik bagi kolaborasi antara musik modern dan etnis, seniman lokal dan
internasional.

Daftar panjang para penampil termasuk seniman Minangkabau, Riau, Yogyakarta, Surabaya, Papua, Kalimantan, dan bahkan seniman asing dari Jepang, Australia, India, Selandia Baru dan banyak lainnya.

Gerebeg Mulud

Dalam bahasa Jawa, gerebeg berarti kerumunan orang dan mulud adalah salah satu nama bulan di kalender Jawa. Perayaan itu, juga dikenal dengan nama Sekaten, untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad. Prosesi itu berlangsung seharian dan ‘menampilkan’ dua pertunjukan gamelan yang diarak menuju Mesjid Agung.

Pada malam hari akan ada pasar di sebelah utara kota untuk menambah kemeriahan kota, tempat yang tepat untuk mencoba berbagai makanan Jawa dan Yogyakarta serta untuk berburu suvenir.

Festival Lembah Baliem

Festival khas Papua ini berakar kepada kepercayaan suku-suku lokal bahwa perang bukan hanya konflik keuasaan dan kepentingan, tetapi juga simbol kesuburan dan kemakmuran. Sejak 20 tahun lalu, pemerintah daerah telah menekankan pentingnya perdamaian antara suku-suku yang berperang untuk mencegah balas dendam berkepanjangan dan hilangnya nyawa. Jadi, Festival Lembah Baliem adalah suatu acara yang diadakan untuk menggantikan perang antar suku itu.

Seperti yang bisa Anda tebak, acara utama adalah perang-perangan antar suku. Bayangkan lebih dari 20 suku berbeda dengan masing-masing 30 hingga 50 orang mengenakan pakaian tradisional, membawa tombak, busur, panah dan parang! Ada juga pertunjukan dan sejumlah atraksi lain, seperti permainan tradisional setempat, tarian, serta masakan lokal.

Adopted from http://id.travel.yahoo.com

Indonesia’s Diving Spots

Lebih dari 5 juta meter persegi perairan mengelilingi negara kepulauan Indonesia. Tidak diragukan lagi, Indonesia menjadi tempat bernaung bagi ratusan bahkan ribuan spesies makhluk bawah air dan gugusan karang yang indah dan berwarna-warni. Pastinya negara ini menawarkan banyak lokasi penyelaman yang merupakan impian kebanyakan penyelam.

Akibat keadaan politik yang sering bergejolak dan peringatan untuk wisatawan yang biasanya terlalu berlebihan, Anda akan jarang menemukan negara ini dalam daftar perjalanan kebanyakan turis. Untungnya bagi wisatawan yang berani dan berjiwa petualang, ini berarti lebih sedikit turis dan lebih banyak ketenangan, sehingga Anda lebih dapat menikmati keindahan sesuka Anda. Berikut adalah daftar dari delapan tempat menyelam yang menakjubkan di Indonesia.

Bunaken, Sulawesi Utara

Tempat ini merupakan lokasi penyelaman terkenal yang memiliki reputasi internasional lebih baik dari lainnya, terdiri atas pulau-pulau kecil seperti Pulau Sialdoen, Gangga, Mantehage, Nine dan sebuah gunung tua di tengah laut, Manado Tua. Snorkeling dan menyelam sangat terkenal di sini dengan lebih dari enam belas titik penyelaman tersebar di seluruh area pulau-pulau. Bunaken memiliki lekukan sedalam 30 meter, tempat tinggal beragam spesies ikan dan kehidupan laut lainnya. Penampakan hiu adalah hal yang biasa, jadi berhati-hatilah!

Nusa Penida, Bali

Pulau Nusa Penida, berlokasi di timur Bali, merupakan lokasi terkenal untuk penyelam lokal maupun internasional. Sekitar satu jam dari Bali, pulau ini memiliki beberapa gugusan karang yang sangat sehat, yang jelas terlihat pada kedalaman 15 sampai 30 meter.

Bagi pemula, trdapat bermacam lokasi penyelaman di pantai sebelah timur pulau ini yang cocok untuk dijelajahi. Pada pantai sebelah selatan terdapat Blue Corner, Nusa Lembongan dan Gamat, lebih tepat untuk penyelam berpengalaman yang mencari tantangan. Ikan matahari sering terlihat di Teluk Crystal sementara manta birostris merupakan pemandangan biasa di Manta Point.

Pulau Komodo, Flores

Pulau ini biasanya dikenal karena menjadi tempat bermain bagi komodo, spesies kadal raksasa. Untuk scuba diving, Pulau Komodo juga memiliki sejumlah lokasi penyelaman terbaik di negeri ini. Dari Sebayour Kecil, Pulau Tengah Kecil dan Pantai Merah menawarkan beragam atraksi bawah laut seperti beragam mackerel, kod dan ikan kerapu.

Di Pantai Merah, tidak jauh dari pantai, Anda akan menemukan 5 meter turunan penuh ikan berwarna-warni. Terdapat lebih banyak lokasi penyelaman di pantai bagian barat dari Flores seperti, Pulau Tatawa, Pulau Tatawa Kecil, Pulau Rinca dan Pulau Nusa Node.

Kepulauan Seribu, Jakarta

Area unik ini terdiri dari ratusan pulau kecil (makanya dilebih-lebihkan jadi ‘Kepulauan Seribu’), adalah tempat wajib bagi penyelam asal Jakarta. Dari bermacam pulau tersebut, beberapa yang terkenal yaitu Pulau Kotok Besar, Pulau Kotok Kecil, Karang
Bongkok, Pulau Sepa dan Pulau Pantara.

Pulau Seribu sangat mudah dicapai, Anda hanya perlu menyewa speedboat dari Marina atau kapal nelayan dari satu dari sekian pelabuhan. Hanya sekitar satu atau dua jam dari Jakarta, Anda akan bisa menyelam sepuasnya. Beberapa pulau yang lebih besar
menyediakan akomodasi lebih baik sekelas resort dan villa, tetapi Anda butuh menyewa kapal untuk mencapai pulau-pulau kecil – tempat karang-karang indah berada!

Pulau Bintan, Riau

Mungkin ini adalah pulau yang paling mudah dicapai dari luar Indonesia, tempat penyelaman ini hanya satu jam dari kebisingan Singapura. Pulau ini memiliki hamparan pantai berpasir putih sepanjang 18 km dengan kehidupan lautnya yang kaya, serta beragam lokasi menyelam untuk Anda nikmati.

Tidak jauh dari garis pantai sebelah utara, terdapat ngarai kecil sedalam 8 meter dengan dasar yang rata, sangat cocok untuk Anda yang baru pertama kali belajar scuba diving. Tempat unik lainnya adalah lokasi kapal karam, Anda dapat mengeksplorasi sisa-sisa kapal tanker tua yang karam bertahun-tahun lalu di kedalaman laut.

Karimun Jawa, Jawa Tengah

Bagian lain dari Laut Jawa yang juga merupakan surga bagi para penyelam adalah sebuah pulau di seberang laut dari Semarang, Jawa Tengah. Tempat ini, disebut Karimun Jawa, merupakan rangkaian 27 pulau kecil dikelilingi oleh laut yang kaya akan gugus karang biru Acropora. Para penyelam dapat menjelajahi sisa-sisa dari Indonour, sebuah kapal pedagang kuno yang karam pada 1955. Suguhan tambahan di sini adalah beragam penyu laut yang ditetaskan di taman perlindungan alam.

Adopted from : http://id.yahoo.com

Kereta Api Parahyangan “Dimatikan”

OLEH HARYO DAMARDONO


Kereta Api Parahyangan sudah selesai. Tamat riwayatnya pada pekan ini. Menjelang ajalnya, pencinta kereta ramai-ramai naik dari Bandung ke Jakarta. Namun, jangan terjebak pada ”romantika” belaka karena sekarang saat terbaik untuk berefleksi. Ada apa dengan kereta api dan transportasi massal?

Salah satu alasan terkuat penutupan layanan kereta itu adalah KA Parahyangan merugi. KA Parahyangan merugi Rp 36 miliar per tahun.

Di tengah resistensi terhadap penutupan Parahyangan, Taufik Hidayat dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) justru berani ”melawan arus”.

Menurut Taufik, ”Tutup kalau merugi. Pikirkan juga sisi komersial kereta api yang harus dijaga untuk keberlangsungan kereta api.”

Taufik menjelaskan, bila keuangan Parahyangan yang ”merah” atau bahkan ”merah membara” dibiarkan, malah mengancam keseluruhan hidup PT Kereta Api (PT KA). Alhasil, mempertahankan Parahyangan hanya memperkeruh kondisi dan masa depan perkeretaapian kita.

Memang terkesan PT Kereta Api hanya menimbang sisi bisnis saat menutup Parahyangan. Namun, ingat, pergeseran PT KA dari pelayan publik ke perusahaan profit merupakan kehendak pemerintah, yang mengubah menjadi perusahaan perseroan.

Jika pemerintah serius menangani perkeretaapian, mengapa tidak membentuk Kementerian Perkeretaapian. Toh, India dan China, dengan Menteri Kereta Api-nya, berhasil membangun puluhan ribu kilometer jalur rel. Tanpa liberalisasi perkeretaapian, dua negara itu pun berhasil.

Pemicu awal kematian KA Parahyangan adalah beroperasinya Jalan Tol Cikampek-Padalarang penghubung Jakarta dan Bandung, tahun 2005. Melalui jalan tol, waktu tempuh dua kota itu (180 kilometer) terpangkas dari 4-5 jam menjadi 2-2,5 jam.

Kalah kompetisi

Daya saing KA Parahyangan, yang menembus Jakarta-Bandung dalam tiga jam, pun melemah. Parahyangan makin ”terpukul” saat Kementerian Perhubungan mengizinkan lebih banyak travel, tidak lagi hanya travel ”4848”.

Pertanyaannya, mengapa travel? Tidakkah lebih baik mengandalkan bus daripada travel untuk mengurangi macet dan emisi buang? Bila travel boleh berangkat dari Jalan Sudirman, Jakarta, mengapa bus tidak? Di kota-kota besar dunia, seperti Tokyo, Kuala Lumpur, dan Stockholm, bus juga berangkat dari tengah kota.

Tentu sah-sah saja ada kompetisi antara kereta dan travel. Kompetisi adalah sebuah kewajaran. Harus diakui, travel Jakarta-Bandung memudahkan konsumen di Depok, Bintaro, atau Rawamangun yang jauh dari Stasiun Gambir.

Saat pemerintah membiarkan kompetisi terbuka antara kereta dan travel, itu sama saja dengan menunjukkan ketidakadilan dan ketidakberpihakan. Atau memang tidak ada arah dalam pembangunan transportasi massal?

Ketidakadilan pertama adalah membiarkan kereta menggunakan bahan bakar minyak tarif industri, sedangkan angkutan darat (travel) memakai BBM bersubsidi. Jika ingin tiket kereta lebih murah sehingga rakyat tertarik, mengapa solar kereta tak disubsidi?

”Matinya Parahyangan menunjukkan pemerintah omong kosong dalam mewujudkan angkutan massal yang efisien dan ramah lingkungan. Dengan kebijakan yang tak protransportasi massal, Parahyangan seolah dimatikan perlahan-lahan,” kata ahli transportasi Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno.

Putu Wijaya

Bertolak Dari Yang Ada

Website Dewan Perwakilan Anak Kota Malang

"Because We Care of the Child"

What an Amazing World!

Seeing, feeling and exploring places and cultures of the world

The ISA Journal

Anecdotes and tales from ISA students and the latest news in study abroad

Hadiansyah Aktsar Official Site

More than just a blog : a pen, diary and imagination ~